Menjadi seorang Hafizul Qur’an tentu
menjadi impian bagi setiap muslim. Menjadi penghafal Al Qur’an adalah
keistimewaan serta kemuliaan bagi seorang muslim di hadapan Allah SWT, baik di
dunia maupun di akhirat kelak. Saking
istimewanya,oleh Allah SWT,seorang hafizul Qur’an bahkan diberi gelar sebagai
keluarga Allah.
Kepsek Ponpes AAI Akhyar Rosidi S.Sos.I |
Bagaimana jika seorang hafizul Qur’ah
adalah seorang yang juga mahir di bidang ilmu yang lain. Tentu akan lebih
istimewa lagi jika banyak bermunculan para penghafal Qur’an yang menguasai atau tidak tertinggal disiplin ilmu lainnya, seperti ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
(IPTEK),Sains,ilmu Ekonomi serta disiplin ilmu
lainnya.
Tentu akan
sangat membanggakan jika banyak para penghafal Al
Qur’an yang expert bahasa asing, seperti Bahasa
Inggris,bahasa Arab, bahasa Jepang. Atau mungkin bahkan para ahli
dan pakar Matematika,sains serta professor
yang hafal Al
Qur’an mulai bermunculan menghiasi
dinamika kehidupan modern.
Hal inilah yang coba diwujudkan dan
diikhtiarkan oleh Pondok Pesantren (Ponpes)Asshohwah Al Islamiyah (AAI)
Biletepung. Ditengah tantangan zaman yang semakin ketat, dampak
globalisasi yang menggerus hampir seluruh aspek kehidupan, diketahui begitu
berdampak terhadap pola pikir dan pola hidup umat Islam saat ini, tak
terkecuali pada pola dan doktrin pendidikan modern.
Mewujudkan generasi penghafal Qur’an di era globalisasi
tentu tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Meski demikian, seperti kata
pepatah,“dimana ada kemauan disitu ada jalan”.
Mewujudkan generasi muda penghafal Qur’an,
sekaligus muslim yang jago atau tidak tertinggal bidang yang lain, adalah
salah satu visi Ponpes Asshohwah Al
Islamiyah, yang akan coba diwujudkan melalui salah satu program pembinaan
Qur’an “Asshohwah Qur’an Boarding School (AQBS)”.
AQBS adalah wahana dan metode yang
disiapkan Ponpes Asshohwah untuk mewujudkan visi mulia dimaksud. Ponpes Asshohwah sejak dini memang dihajatkan untuk menelurkan generasi muda Islam yang yang tidak hanya mahir dan mumpuni dalam ilmu pengetahuan, tapi juga
tengah disiapkan untuk melahirkan para penghafal Qur’an yang “komplit”, dengan kata lain menjadi ahlul
Qur’an
yang menguasai berbagai hal/bidang.
“Mewujudkan pesantren yang tidak hanya cinta terhadap ilmu pengetahuan, tapi juga bisa melahirkan para penghafal Al Qur’an,
dengan banyaknya orang yang menghafal Qur’an sekaligus menguasai ilmu-ilmu lain, maka itu akan lebih baik dan
sempurna lagi,” jelas Kepala SMP
IT Asshohwah AlIslamiyah Akhyar Rosidi
S.Sos.I kepada Asshohwah media.
Melalui AQBS, santri diharapkan akan lebih mudah
dalam menghafal Qur’an ditengah kesibukannya bergelut dengan aktifitas belajar atau kegiatan belajar reguler.
Akhyar Rosidi mengatakan, disinilah poin dan kelebihan program AQBS yang tengah digalakkan pondok pesantren AAI.
Menurutnya, akan ada pembagian dan menejemen waktu yang tepat serta proporsional antara belajar dan menghafal Al Qur’an dalam pelaksanaannya.
"Sehingga
para
santri akan menjadi lebih fokus dalam mengejar
keinginannya untuk menghafal
Qur’an, mengingat lewat program AQBS para santri akan mendapat ruang dan
bimbingan khusus dalam menghafal Qur’an, sehingga mereka tidak tertinggal dengan tugas belajar
mereka secara reguler di sekolah”, ujar Akhyar Rosidi.
Ponpes Assohwah
sendiri lanjutnnya sangat menghargai hajat para santri dan walinya, terkait tujuan para
santri
bersekolah di ponpes Asshohwah. Ia menjelaskan bahwa sebagian besar para santri yang
menimba ilmu di SMP IT Asshohwah Al Islamiyah
memproyeksikan diri menjadi seorang Hafizul Qur’an. Tapi tak sedikit juga yang menghajatkan
diri agar mahir dalam khazanah keilmuan lain.
"Oleh
karenanya, kita disini
juga fokus terhadap pembinaan program-program unggulan lain seperti Bahasa Arab,
Bahasa Inggris, disamping mereka menghafal
Qur’an," ujar Kasek.
Adapun para
santri yang terlibat aktif dalam program ini sebelumnya telah melalui seleksi
cukup ketat. Kenapa tidak semua santri harus dilibatkan dalam program ini?. Hal ini menurut Akhyar karena tidak semua santri yang
berminat dan memenuhi syarat program
AQBS. Banyak
diantara santri yang punya kemauan tetapi lemah dalam kemampuan menghafal,
demikan sebaliknya tidak sedikit santri yang kuat dan punya potensi dalam menghafal
tapi kurang mendapat bimbingan serta kesempatan mengembangkan dan menyalurkan
potensi tersebut.
Oleh karena
itu, diputuskan untuk tahun ajaran
ini, dari tujuh puluh santri yang telah mendaftar dan
mengikuti seleksi masuk
AQBS,
hanya dua puluh santri yang terjaring dan
dan berhak mengikuti program AQBS. Selain harus melalui berbagai jenis
test, para peserta juga dituntut memiliki komitmen kuat dalam meraih tujuan
sebagai seorang hafizul Qur'an, sebagai syarat lain untuk mengikuti program
ini.
Dalam AQBS, santri ditargetkan bisa menghatamkan sepuluh juz hapalan Qur'an dalam satu tahun, sehingga mereka (santri AQBS,red) diproyeksikan bisa hatam tiga puluh juz dalam rentang waktu tiga tahun.
“Satu hari minimal santri bisa hatam satu lembar dalam satu harinya, sehingga dalam rentang waktu satu tahun diharapkan bisa menghatamkan sepuluh juz, dengan demikian setelah tiga tahun dapat hatam tiga puluh juz,” harapnya.
Dengan demikian, setelah tiga tahun
berjalan jika para santri melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya
disekolah yang sama, mereka dapat melanjutkan program AQBS dan tetap fokus
untuk tahap muraja'ah atau mengulang hapalan.
Ada banyak
keuntungan dan reward bagi para santri yang berpartisipasi dalam program
ini. Tentunya reward yang paling tama menurut kasek, adalah penghargaan dari Allah SWT berupa keutamaan dan kemuliaan, serta pahala
berikut derajat tinggi seperti dijanjikan.
Namun dari
pihak sekolah sendiri telah menyiapkan beberapa penghargaan bagi para santri
yang sukses mengikuti program ini, diantaranya berkesempatan mendapatkan beasiswa melanjutkan studi baik
didalam maupun luar negeri, serta mengikuti ajang
lomba tahfizul Qur’an berhadiah jutaan rupiah, yang
diselenggarakan
pihak sekolah secara berkala setiap tahun. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar