Mudir memberikan sambutan sebelum pemutaran film G 30 S/ PKI |
Sebelum acara nonton dimulai, mudir atau pimpinan Ponpes Asshohwah Al Islamiyah TGH. Muhammad Taisir Lc.MA dalam sambutannya mengatakan bahwa pemutaran film penghianatan G 30 /S PKI merupakan salah satu cara mengingat kembali sejarah kelam pemberontakan PKI yang terjadi di Indonesia. Ideologi PKI jelasnya adalah ideologi yang bertentangan dan bersebrangan dengan ideologi Islam.
"Mari kita belajar dari film ini agar kekejaman PKI tidak terulang lagi" kata mudir. Kegiatan nonton bareng ini lanjut mudir selain untuk tujuan pendidikan dan sejarah, juga dihajatkan sebagai rasa syukur pihak Ponpes karena telah rampungnya pembangunan gedung aula yang digunakan untuk kegiatan nobar kali ini.
"Mari kita belajar dari film ini agar kekejaman PKI tidak terulang lagi" kata mudir. Kegiatan nonton bareng ini lanjut mudir selain untuk tujuan pendidikan dan sejarah, juga dihajatkan sebagai rasa syukur pihak Ponpes karena telah rampungnya pembangunan gedung aula yang digunakan untuk kegiatan nobar kali ini.
Pada kegiatan nobar ini, peserta juga berkesempatan mendapatkan sejumlah dorprize menarik yang telah disediakan panitia. Setidaknya lebih dari lima ratus masa yang hadir menyaksikan pemutaran flm penghiantan dan pembrontakan PKI. Masyarakat dan santri yang hadir terlihat semangat dan antusias mengikuti dan manyaksikan kisah sejarah dalam adegan film kali ini.
Bahkan tak sedikit dari santri atau masyarakat yang larut dalam kesedihan dan suasana penuh emosional saat menykasikan sejumlah adegan memilukan dan menyedihkan dalam film tersebut. Terlihat tak sedikit dari santri dan masyarakat yang hadir menangis seolah-olah menyaksikan langsung adegan sadis penculikan, pembunuhan dan penyiksaan tujuh jendral atau tokoh revolusi oleh para tokoh komunis PKI saat itu .
Bahkan tak sedikit dari santri atau masyarakat yang larut dalam kesedihan dan suasana penuh emosional saat menykasikan sejumlah adegan memilukan dan menyedihkan dalam film tersebut. Terlihat tak sedikit dari santri dan masyarakat yang hadir menangis seolah-olah menyaksikan langsung adegan sadis penculikan, pembunuhan dan penyiksaan tujuh jendral atau tokoh revolusi oleh para tokoh komunis PKI saat itu .